Monday, April 14, 2008

Andreas Harefa

Andreas Harefa : Sukses Dengan Menjadi Manusia Pembelajar


Andreas Harefa, salah satu motivator anak bangsa yang terkenal dengan mottonya sebagai Pembelajar Sekolah Kehidupan. Ia juga mengenalkan dirinya sebagai seorang WTS, yaitu Writer, Trainer, dan Speaker. Suatu hal yang unik mengenal Andreas Harefa dengan prinsipnya sebagai manusia pembelajar karena sebenarnya ia sendiri bukanlah seorang lulusan perguruan tinggi. Ya, ia memutuskan untuk tidak menyelesaikan kuliahnya di Universitas Gajah Mada Fakultas Hukum dikarenakan ketidakcocokannya akan sistem pendidikan bangsa ini.
Menurutnya sistem pendidikan kita hanya menabur dehumanisasi bagi setiap lulusannya terutama dikarenakan proses learning-teaching yang bersifat hafalan. Terutama pada masa kuliahnya ia memasuki bidang Hukum, maka adalah suatu kemunduran jika setiap mahasiswanya tidak bisa argumentatif dan merasakan demokrasi dalam berpendapat. Melihat itu ia memutuskan keluar dari sistem pendidikan yang menjadi standard orang banyak.

Pindah ke Jakarta, Andreas Harefa memulai karir sebagai Training Consultant Dale Carnegie Training, sebuah lembaga pelatihan bisnis terkemuka di dunia, yang berpusat di New York, Amerika Serikat. Di lembaga ini ia juga memainkan peran sebagai trainer/instruktur pelatihan dan sempat memperoleh lisensi/sertifikasi pelatihan di bidang effective speaking and human relations, sales course-sales advantages, leadership training for managers, the leader in you, employee development course, customer relations course, professional development series.

Sebagai fasilitator pelatihan, ia sudah mencatat lebih dari 15.000 jam terbang. Dan disamping memberikan pelatihan di bawah bendera PT Spirit Mahardika [1998 - sekarang], pria berdarah Nias ini juga dikenal sebagai pembicara inspirasional. Ia diundang untuk berbicara dalam forum employee gathering, annual conference, regional conference, national convention, rapat kerja perusahaan, dan seminar-seminar nasional yang dihadiri ratusan hingga ribuan orang. Sebagai pembicara publik, ia sempat berbagi panggung dengan pembicara-pembicara besar seperti Andrie Wongso, Bob Sadino, Gede Prama, Helmy Yahya, James Gwee, Jansen H. Sinamo, Purdi E. Chandra, Rhenald Kasali, Roy Sembel, dan sebagainya.

Sejumlah klien yang menggunakan jasanya datang dari berbagai bidang industri seperti otomotif [Grup Toyota, Isuzu, Honda]; perbankan [Bank Indonesia, Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BNI, Bank NISP, Bank Danamon, dsb]; asuransi [Bumi Putera, Jiwasraya, Prudential, AIA, Axa, Lippo, BRIngin, dsb]; alat berat [United Tractors, Pama Persada, dsb]; properti [Jaya Property, Grup Ciputra, dsb]; multi level marketing [Amway, CNI, Tupperware, Prime & First, dsb]; farmasi dan consumer goods [Grup Konimex, Grup Kalbe Farma, dsb]; telekomunikasi [Telkom, Indosat, dsb], dan sebagainya.

Ia berpengalaman merancang modul-modul pelatihan khusus dan melatih para internal trainer, berdasarkan permintaan klien-kliennya. Sejumlah program yang pernah dibuatnya, antara lain: Effective Communication and People Skills; ABC Selling Skills; Consultative Selling Approach; Coaching A Sales Team; Applied Leadership Training; Practical Management Workshop; Public Speaking for Managers; Habits of Effective People; Seven Ways to Motivate Yourself Powerfully; Adversity Quotient Series; Mindset Updating Seminar; Managing Your Mood, Building Professional Work Ethos.

Sesekali, mantan presenter acara Book Review di Metro TV [2001] dan Success Story di Q-Channel Indovision [2002] ini juga diminta menjadi dosen tamu di sejumlah kampus-kampus terkemuka. Seperti buku-bukunya, tema bicara pria kelahiran tahun 1964 ini berkisar di antara learnership, leadership, dan entrepreneurship [pembelajaran, kepemimpinan, dan kewirausahaan].

"Saya ingin membuat orang-orang yang saya temui menjadi manusia-manusia Indonesia yang lebih optimis menatap masa depan negeri ini. Saya ingin mendorong setiap orang untuk berbuat sesuatu, menyumbang talenta dan bakat terbaiknya untuk memaknai Indonesia baru," ujarnya suatu ketika. Itulah sebabnya menyemangati dan memotivasi orang menjadi kompetensi yang terus dikembangkannya secara berkesinambungan.

Cita-citanya yang belum tercapai adalah memiliki 10 usaha kecil-menengah yang beroperasi tanpa keterlibatannya secara langsung. Ia pernah merintis sejumlah usaha, dan sebagian kandas di tengah jalan, tersisa tiga usaha yang masih berjalan hingga kini. Disamping itu, penggagas konsep Indonesia School of Life yang ikut membidani lahirnya Palembang School of Life dan memfasilitasi lahirnya Komunitas Pembelajar Mahardika ini juga berharap diberi kesempatan hidup untuk mewariskan 100 buku kepada generasi penggantinya. Faktanya ia telah menerbitkan puluhan judul buku, pastinya harapannya untuk mewariskan nilai-nilai pembelajaran kepada generasi selanjutnya semakin dekat.

Bisa dilihat dari kisah sukses Andreas Harefa, bahwa kesuksesan tidaklah tergantung dari gelar tetapi menjadi manusia pembelajar seumur hidup.

No comments:

Post a Comment